Pengertian Phobia
Phobia
adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau
situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar
pada kenyataan. Istilah “phobia” berasal dari kata “phobi” yang artinya
ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional yang dirasakan dan
dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh
ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi
tertentu.
Sebab-sebab Phobia
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada
umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau
pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya
kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil
dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia
Berbagai ciri kepribadian/karakterologis perlu
mendapat perhatian khusus bagaimana lingkungan hidup memungkinkan terjadinya
proses pertumbuhan yang baik dan bagaimana lingkungan hidup dengan sumber
rangsangannya memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, khususnya dalam
keluarga.
Contoh Kasus
Andri adalah murid salah satu sekolah dasar di
Semarang, ia memiliki masalah ketidakmampuan menjalin hubunga sosial yang baik
dengan teman sebayanya dikarenakan terlalu banyak bermain game online. Semakin
berjalannya waktu dan ketidakmampuan Andri untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi, masalah Andri ini menjadi meluas. Tidak hanya dengan teman-teman
sebayanya tetapi juga dengan guru-guru pengajar.
Yang menjadi perhatian adalah ketika Andri berbicara
dengan orang lain. Tidak terfokus dengan lawan bicara, hanya tersenyum-senyum
sambil menggerakkan kepalanya dengan hitungan patah-patah seperti boneka kayu
yang kaku dan pandangan kosong lurus ke depan. Hitungan fokus untuk menatap
lawan bicara hanya kurang dari 6 detik dan fokus pada topik pembicaraan hanya
kurang dari 9 detik. Pola seperti ini, terulang terus menerus ketika Andri
dihadapkan pada situasi yang mengharuskan dia untuk berkomunikasi dengan dua
orang atau lebih.
Pola yang terulang terus-menerus setiap kali berbicara
dengan Andri,membuat teman-teman sekelasnya menjauhi Andri. Bahkan ada seorang
guru yang membentak Andri dengan menggunakan kata “gendheng dan autis.”
Masalah baru muncul. Andri tidak hadir di sekolah
sampai hampir 1 minggu. Menurut pengakuan ibunya, setiap disuruh berangkat ke
sekolah, badan Andri mendadak panas dan kakinya dingin yang disertai dengan
diare. Empat surat izin tidak masuk karena sakit dari orang tua Andri, terdapat
diatas meja kerja guru. Tiga kali diperiksakan ke dokter oleh orang tuanya,
tidak diketahui adanya penyakit berbahaya. Menurut analisa dokter, sakitnya
Andri dikarenakan Andri mengalami stres berat dan ketakutan akan sesuatu.
Kepada ibunya, Andri bercerita kalau dia takut berhadapan dengan guru yang
mengatakan dia gendheng dan autis. Sehingga membuat dia takut berangkat ke
sekolah.
Gejala yang dialami oleh Andri, menunjukkan bahwa
Andri terserang Phobia Sekolah. Menurut Jacinta F. Rini, phobia sekolah adalah
bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan
berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau pun hilang ketika “masa
keberangkatan” sudah lewat atau pada hari Minggu atau hari libur. Phobia
sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15
tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan
baru atau pun ketika ia menghadapi suatu pengalandri yang tidak menyenangkan di
sekolah.
Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan sebagai
kriteria phobia sekolah, yaitu:
- Menolak untuk berangkat ke sekolah.
- Mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian minta pulang
- Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan tantrum-nya seperti menjerit-jerit di kelas, agresif terhadap anak lainnya (memukul, menggigit, dsb.) atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan/menentang gurunya
- Menunjukkan ekspresi/raut wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih guru agar diijinkan pulang dan ini berlangsung selama periode tertentu.
- Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
- Keluhan fisik yang sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Anak berharap dengan mengemukakan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
- Mengemukakan keluhan lain (diluar keluhan fisik) dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
- Senang berdiam diri di dalam kamar dan kurang mau bergaul .
Cara Mengatasi Phobia
Terapi berbicara.
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi
berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:
1. Konseling: konselor biasanya akan
mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan
barang atau situasi yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor akan memberikan
cara untuk mengatasinya.
2. Psikoterapi: seorang psikoterapis akan
menggunakan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi
saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive
Behavioural Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran,
perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif
yang efektif untuk melawan fobia.
b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation).
Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati
dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan
diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan
melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan
seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut.
Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.
c. Menggunakan obat-obatan.
c. Menggunakan obat-obatan.
Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk
mengatasi fobia, karena biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup
berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia
seperti cemas yang berlebihan.
Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk
mengatasi kecemasan, yaitu:
1. Antidepresan: obat ini sering diresepkan
untuk mengurangi rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang
berhubungan dengan sosial (social phobia).
2. Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan.
2. Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan.
3. Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan
untuk mengobati masalah yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah
jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi
kecemasan yang disertai detak jantung tak beraturan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar